Surat dari Dua Kartini Leaders SIRCLO: Trias Puspita & Hartanti Desmuti

Inside SIRCLO
SIRCLO
Published in
6 min readOct 21, 2021

--

Pada akhir tahun 2021, SIRCLO Group mencatatkan setidaknya 45% posisi internal perusahaan yang diduduki oleh perempuan. Fakta ini merupakan sebuah bentuk perkembangan, apalagi dibandingkan dengan pengalaman perempuan di masa perjuangan Ibu Kartini yang masih sangat terbatas kesempatannya untuk berkarier. Kilas balik di masa Ibu Kartini dulu, perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam hal akses pendidikan dan kebebasan untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri. Meskipun telah banyak kemajuan yang kita rasakan, tentu perempuan masih menghadapi berbagai tantangan, terutama mereka yang memutuskan untuk bekerja dan membangun karier.

Menurut riset dari tim Edwina Dunn OBE, Founder of The Female Lead — sebuah organisasi yang memberikan inspirasi melalui cerita keberhasilan para perempuan — terdapat beberapa mitos yang menyebabkan perempuan dalam tahap mid-career menunda perkembangan kariernya, diantaranya adalah perempuan dianggap tidak ambisius, menjadi ibu menggantikan prioritas utama mereka, dan pada dasarnya tidak nyaman memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan pasangannya. Mitos-mitos tersebut tentunya dapat membatasi ruang gerak perempuan untuk berkembang secara profesional, sehingga secara aktif setiap individu (dan dengan dukungan organisasi pun) harus menantang persepsi yang kontra-produktif.

Sebagai perusahaan yang mendukung inklusivitas dan membuka kesempatan bagi siapapun untuk mengembangkan potensi diri, SIRCLO mengajak seluruh team members di dalamnya untuk berani mengambil inisiatif, saling menjaga well-being satu sama lain, dan bertanggung jawab memberikan yang terbaik melalui nilai internal Begin, Connect dan Deliver.

Menganut cara Ibu Kartini membagikan pikiran melalui surat pada jaman dulu, dua team leaders perempuan di SIRCLO Group, Trias Puspita (Senior Commercial Manager, SIRCLO Store) dan Hartanti Desmuti (Vice President of Financial Operations) membagikan pengalaman berkarier dan semangat mereka lewat tulisan yang ditujukan kepada seluruh perempuan di Indonesia.

Surat dari Trias Puspita — Senior Commercial Manager, SIRCLO Store

Kalau berbicara tentang perjalanan karir sebagai individu dan perempuan, semuanya berawal dari pekerjaan pertamaku di salah satu perusahaan manufaktur 10 tahun lalu. Di sana saya jadi bagian dari tim Employee Relations yang mengurus internal employee activities . Namun, setelah dijalani dan merefleksikan kembali perjalanan karier pada saat itu, lingkup pekerjaannya cukup ‘melenceng’ dari jurusan kuliah dan bidang yang aku sukai, yaitu Administrasi Bisnis. Selain itu, nature dari tempat kerja tersebut menjadi alasan tambahan yang membuat saya berniat mencari jalan lain. Akhirnya, saya mulai mencari opportunity di luar dan bertemu dengan SIRCLO.

Kali pertama bergabung di SIRCLO, saya bekerja di bidang Digital Marketing, kemudian ditugaskan untuk memimpin tim User Success. Pada akhir tahun 2019, saya diberikan kepercayaan untuk mengawasi perkembangan solusi SIRCLO Store secara keseluruhan di lingkup Business Operations. Menurut saya, perjalanan di SIRCLO ini memberikan banyak pengalaman yang eye-opening, baik di sisi kultur, rasa hormat, dan kesempatan yang dibuka untuk perempuan. Salah satu contoh kecil yang saya rasakan, tidak pernah saya mendengar jokes antar rekan kerja yang mengucilkan perempuan. Selain itu, kita semua tahu bahwa perempuan mengalami perubahan biologis dalam setiap tahapan hidupnya, seperti menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui dan lain sebagainya — SIRCLO tidak pernah membuat kesempatan perempuan jadi berubah atau terbatas pada momen-momen tersebut.

Dari awal berkarir saya selalu berusaha “melupakan” bahwa saya seorang perempuan. Saya berharap dapat dinilai melalui kemampuan dan kompetensi dalam mengeksekusi pekerjaan, sehingga tidak ada perbedaan treatment dengan kolega pria. Meski demikian, masih ada tantangan unik yang hanya akan dialami oleh perempuan. Misalnya, dulu saya mendapati cerita teman perempuan yang memutuskan untuk memakai hijab dan disambut dengan concern dari atasannya, karena takut mempengaruhi persepsi stakeholders lain yang banyak berhubungan dengan dirinya. Walaupun pada akhirnya ia memutuskan untuk tetap berhijab, pengalaman kolega saya ini menunjukkan bahwa ada tantangan yang tidak akan dialami sama laki-laki di lingkungan kerja, yang mungkin bisa jadi kerikil untuk berkembang atau berkarya lebih jauh.

Sebagai leader, sekarang aku terus berusaha membentuk safe space untuk semua anggota tim agar leluasa menyampaikan segala kebutuhan. Meskipun hasilnya belum 100% sesuai, setidaknya kita bisa mencari solusi dan saling berkompromi. Saya percaya setiap orang punya kebutuhan untuk saling menjaga mental & physical well-being. Kita perlu memiliki kepekaan lebih dan ini bisa dimulai dari sekedar menanyakan kabar kepada kolega perempuan dan mereka yang mempunyai keluarga di rumah. Ini juga nilai yang berusaha saya bagikan ke team members SIRCLO Store, yaitu sensitivitas. Walau cara peduli tiap orang bisa jadi beda-beda, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa jadi support system yang cukup buat satu sama lain, saling mengisi, dan peduli.

Buat perempuan dan teman-teman SIRCLO yang punya si kecil di rumah, di mana pas kondisi WFH ini kerja sambil 24 jam jagain anak, kalian hebat! Semangat buat para perempuan untuk apapun yang sedang dikejar, diusahakan, dan diraih. Di tengah perjalanan, nggak apa-apa sesekali ambil istirahat buat bernapas dan bersyukur, melihat sekitar, dan sadari sudah sejauh apa kita sekarang. Setelahnya, jangan lupa lanjutin semangat buat jalan lagi!

Surat dari Hartanti Desmuti — Vice President of Financial Operations

Kali pertama lulus kuliah, saya masuk ke salah satu perusahaan BUMN di bidang Finance Accounting. Kurang dari setahun kerja, saya dipromosikan ke kantor pusat dan berkarir di sana selama total 3 tahun. Di titik itu, saya kepikiran untuk keluar dari comfort zone dan mulai cari pengalaman ke perusahaan swasta lokal sebagai Senior Staff. Setelah enam tahun belajar banyak hal dan menduduki beberapa posisi berbeda di perusahaan swasta tersebut, aku kembali mencoba peruntungan lainnya dengan bergabung ke perusahaan edukasi yang menaungi sekolah internasional, sebagai Head of Finance and Accounting.

Barulah di tahun 2014, bermodal rasa penasaran dan percaya diri, saya memutuskan untuk bergabung bersama Orami. Bekerja dengan orang-orang muda yang punya energi besar, pola kerja cepat dan dinamika yang tinggi jadi tantangan tersendiri di usia yang saat itu cenderung lebih senior. Saya tertantang buat bisa “lari” sama cepatnya dengan seluruh team members . Usaha saya untuk beradaptasi tersebut akhirnya membuahkan hasil, karena di tahun berikutnya saya juga dipercaya untuk menangani berbagai aspek di lingkup business support. Selanjutnya, saya dipromosikan ke tingkat yang lebih strategis lagi, dengan cakupan tambahan di bagian HR & GA, sebagai Director of Finance and Human Resources. Lewat posisi ini juga saya dipertemukan dengan dinamika dan suasana kerja teman-teman Orami yang mayoritas adalah perempuan.

Sebagai leader , saya berupaya untuk membangun lingkungan kerja yang dapat mendorong setiap team members untuk saling memahami satu sama lain. Saya juga berusaha untuk dapat mendukung dan membuka percakapan tentang berbagai kebutuhan perempuan yang jarang dibicarakan; seperti cuti menstruasi dan cuti saat ada musibah keguguran, melalui peraturan perusahaan yang selaras dengan peraturan pemerintah. Di luar lingkup profesional, saya juga harus memberikan performa terbaik dalam menjalankan peran di dalam keluarga. Maka dari itu, kebutuhan untuk menemukan keseimbangan dalam hidup dan bekerja menjadi penting. Walaupun setiap peran yang kita jalani memberikan tuntutan yang berbeda-beda, saya selalu membangun prinsip kalau ‘ di kantor ya urusan kantor, di rumah ya urusan rumah’ .

Pada dasarnya, latar belakang pendidikan dan “jungkir-balik” selama 20 tahun berkarir lah yang membuat saya fokus di bidang Finance Accounting. Banyak hal baik yang saya temukan sepanjang perjalanan karir yang berawal dari passion ini. Jadi, apapun mimpi yang sedang dikejar, semoga kamu memulainya dengan awal yang baik agar hasilnya menjadi baik pula. Jangan lupa untuk selalu berdoa di setiap kesempatan. Jadikan kegagalan sebagai pembelajaran hidup; karena untuk berdiri tegak itu harus ada prosesnya, yaitu dari merangkak, duduk, jatuh, bangun, sampai kemudian berdiri lagi secara perlahan. Intinya, berusahalah untuk selalu memberikan yang terbaik karena kelak kita yang akan menuai hasil baik itu.

Surat dari kedua sosok leader perempuan di SIRCLO tadi nggak hanya memberikan kita ruang untuk lebih jauh memahami, tetapi juga menjadi refleksi dan penguat bagi setiap perempuan dalam perjalanan mengejar mimpinya masing-masing. Baik kamu perempuan atau laki-laki, di tengah perjalanan karirmu jangan lupa untuk selalu ingat seberapa jauh kamu melangkah hingga sekarang. Semoga apapun rencanamu ke depan, kamu bisa terus maju demi mencapai tempat yang kamu tuju.

--

--