Mencapai Work-Life Balance Bukan Mitos! Baca Strateginya Di Sini

Inside SIRCLO
SIRCLO
Published in
3 min readJul 28, 2021

--

Di tengah hiruk pikuk keseharian di tempat kerja, hari libur dapat menjadi angin segar buat sejenak beristirahat dari rutinitas. Nggak hanya di tanggal-tanggal merah aja, kita juga bisa sementara membangun jarak dari pekerjaan dengan mengambil waktu cuti.

Namun, ada berbagai pertimbangan yang membuat seseorang kerap mengurungkan niat untuk memanfaatkan hak tersebut. Pakar workforce management, Regina Mullen menuliskan bagaimana penumpukan beban kerja sebelum maupun sesudah masa cuti menjadi salah satu alasan terbesar kekhawatiran individu ketika akan mengambil waktu libur. Kendala tersebut dapat disiasati dengan berbagai cara, salah satunya mengatur workload dengan rinci sebelum memulai masa cuti. Penasehat karir asal Amerika tersebut juga menyarankan untuk mulai dengan bikin rencana pendelegasian tugas, menyiapkan dokumen rujukan, mencicil pekerjaan yang sifatnya deadline-driven, dan menyampaikan ketidakhadiran kepada rekan kerja lain dari jauh-jauh hari.

Jika mengatur beban kerja sebelum cuti dapat menjadi upaya preventif untuk menghindari penumpukan workload, maka mengelola waktu dengan baik di tempat kerja juga bisa menjadi solusi dalam mengatur kegiatan secara efektif. Kamu dapat mempertahankan dan meningkatkan work-life balance melalui manajemen waktu yang lebih terkendali. Beberapa teknik manajemen waktu yang bisa dilakukan antara lain dengan menentukan prioritas dan mengatur jadwal, belajar untuk mengatakan ‘tidak’, memulai hari lebih awal, beristirahat, dan mengurangi aktivitas yang kurang mendukung produktivitas di waktu kerja. Dengan begitu, kamu dapat menyusun agenda yang lebih efektif meskipun sedang dihadapkan dengan banyak klien ataupun tugas yang mendesak.

Pengambilan waktu cuti justru bisa mendukung tercapainya work-life balance. Tidak hanya itu, mengambil waktu libur juga bisa bantu kamu menghindari keadaan demotivasi, seperti burnout. Menurut WHO, kondisi ini ditandai dengan perasaan lelah, terdiskoneksi dari pekerjaan, dan penurunan performa kerja. Apabila kamu merasakan gejala diatas, mengkomunikasikan kondisi tersebut kepada atasan atau supervisor dapat menjadi alternatif solusi. Membuka percakapan terkait isu pekerjaan memang bisa jadi hal yang menantang, namun kamu bisa mengikuti beberapa langkah di bawah ini:

  • Sampaikan bahwa kamu butuh bantuan. Pada dasarnya, leaders tidak selalu bisa menangkap isu atau kendala yang tengah kamu alami, sehingga upaya untuk menginisiasi percakapan tersebut bisa jadi awal yang baik.
  • Komunikasikan dengan jelas kondisi yang kamu alami. Jelaskan kondisi yang kamu rasakan secara umum, didukung dengan beberapa contoh deskriptif sesuai dengan yang saat ini tengah dialami. Hal ini membantu leaders untuk memahami bahwa perubahan yang kamu rasakan juga mempengaruhi pekerjaanmu.
  • Bertanggung jawab atas dampak yang orang lain rasakan karena kondisimu. Akui keterbatasanmu dalam bekerja dan memberikan performa terbaik sebagai bentuk akuntabilitas kepada atasan dan juga team members-mu.
  • Mulai dengan kolega atau teman. Jangan ragu untuk memulai percakapan dengan rekan yang mengenalmu dan dapat memberikan masukan objektif, untuk menavigasi perasaanmu dan berlatih mengkomunikasikan kondisi yang dirasakan.
  • Hindari percakapan yang berkesan menyalahkan. Penting: Jangan berkomunikasi ketika kamu sedang emosi. Pastikan bahwa poin di mana kamu membutuhkan bantuan dan ingin mencari jalan keluar secara proaktif dapat didengarkan dan diterima dengan baik.

Beberapa poin di atas konsisten dengan nilai yang telah diaplikasikan oleh tim SIRCLO. Perusahaan e-commerce enabler ini memberlakukan budaya yang mempromosikan nilai compassionate dan humble. Kedua nilai tersebut mengajak setiap karyawan, yang biasa disapa sebagai Teman SIRCLO, untuk menyadari kelebihan dan kekurangan diri, memahami kondisi team member lain dan proaktif mencari solusi serta jalan tengah untuk menyelesaikan suatu tantangan yang muncul dalam pekerjaan.

Meskipun kantor tech-startup banyak dikaitkan dengan jam kerja yang panjang, pandangan tersebut dapat dipatahkan dengan konsistensi terhadap aktivasi kebiasaan baik agar mampu bekerja secara efektif dan terhindar dari masalah burnout!

Kamu juga bisa terhindar dari burnout dengan menerapkan manajemen waktu kerja yang baik dan pemanfaatan waktu istirahat melalui pengambilan cuti. Kalau kamu berada di kondisi yang kurang prima, jangan ragu untuk menyampaikannya kepada atasan . Lewat komunikasi yang terbuka, kita sudah selangkah lebih maju dalam membangun pengertian dan mencari jalan keluar yang terbaik bagi seluruh pihak.

--

--